Rabu, 20 Januari 2016

Matahari Tengah Malam (A Novel by Marga T)

Gambar 1. Cover Novel "Matahari Tengah Malam"
Cantik.. Itu bisa jadi keadaan fisik yang disadari banyak perempuan, tapi tidak bagi Zita.. Kalau di masa kini, banyak orang yang yakin akan keindahan rupanya sehingga banyak yang senang foto-foto sendiri (istilahnya: selfie), rasanya itu jauh dari keyakinan Zita. Zita yakin dia itu jelek, ga ada indah-indahnya, dan cuma orang di level yang sama yang bisa nyantol ama dia. Maksudnya, level yang melihat dia menarik mestinya ya yang otaknya agak miring, agak rendah gitu secara IQ. 

Elroi Pakasa, laki-laki yang dikagumi Zita dan menghadirkan cinta di hatinya, hanya singgah sebentar saja. Tanpa diduga, Zita menemukan fakta bahwa Elroi tak mencintainya dengan tulus dan mendekatinya untuk membuat kakak perempuannya, Amrita, cemburu. Amrita, lebih dikenal orang sebagai Daria, adalah artis kenamaan ibukota. Banyak aktivitas di dunia hiburan dan berbagai penghargaan yang didapatnya seakan mendaulat Amrita sebagai wanita cantik penuh prestasi.

Zita bukan Amrita. Zita sering merasa iri terhadap kecantikan kakaknya. Ia melarikan dirinya berkutat dengan pelajaran-pelajaran dan menyibukan diri dengan ilmu kedokteran yang dijalaninya. Setelah ia menamatkan studinya di Amerika Serikat, Zita diminta membantu bisnis hotel ayahnya, Pak C.P. Burai. Di saat-saat itulah, ia bertemu dengan Ken Pika, anak dari calon donatur yang diharapkan membantu bisnis tersebut. Ketika ia mulai melabuhkan lagi hatinya pada pria ini, ia menjadi sosok yang kembali mengecewakan Zita. Ken Pika malah melamar kakaknya, Amrita. 

Zita senang ikut tur dan menjelajahi berbagai daerah yang unik. Saya pernah membaca kutipan Paulo Coelho, kira-kira begini bunyinya, "Travel often. When you lost yourself, you get yourself." Pencarian ini rupanya dibutuhkan pula oleh Zita. Di buku ini diceritakan, ia pernah tur ke Machu Pichu, suatu kota yang berisi kebudayaan purba suku Inca di negara Peru. Selain itu, Zita diceritakan pernah ke Khyber Pass, suatu daerah yang menghubungkan Kabul dan Peshawar. Di Khyber Pass ini, ia bertemu Steve Caldwell, seorang sahabat yang menyamankan hati Zita, terutama setelah ia kembali ke Indonesia. Saat ia galau menghadapi pernikahan kakaknya dengan Ken, ia berniat "kabur" dengan mengikuti tur ke Skandinavia. Dan surpriseeenya adalah di tur ini ia bertemu dengan seorang Indonesia, yang menjadi rekan sejawat di tempat kerjanya. 

Awalnya, Zita berpikir pria ini orang iseng karena terus menagihnya uang pinjaman saat tur di Skandinavia. Namun, ia malah seorang yang menarik, berbeda dari teman-teman cowok Zita yang juga bekerja dan menjadi sejawat di tempat yang sama. Nama pria ini adalah Nuki Titus. Zita menangani "Penyakit Anak" dan Nuki di bidang "Kebidanan". Dua bidang ini bertempat di lantai yang sama, Klinik Sabara-Birka, yang berlokasi di Puncak. "Pucuk di cinta, ulam pun tiba".. Yah mungkin karena faktor area kerja yang berdekatan, keduanya pun sering berpapasan, terutama sering 'bertabrakan' saat sama-sama sedang berjalan cepat di area lorong klinik. Perjalanan romansa Zita-Nuki bagaimana, yah dinikmati sajalah dengan membaca bukunya langsung.

Di buku ini ada banyak istilah kedokteran, mungkin karena saya memiliki latar belakang farmasi, istilah ini tidak begitu baru, tapi tentunya ini menjadi hal yang memperkaya pemahaman pembaca akan dunia kedokteran. Lewat "Matahari Tengah Malam" ini, kita jadi mengetahui sulitnya menjadi dokter, yaitu diagnosa. Jika terjadi kesalahan diagnosa, pasien bukannya sembuh, malah bisa mengalami komplikasi yang lebih parah. Ada berbagai kasus pasien yang ditangani Zita secara mendalam. Penanganan dan anjuran untuk penyakit-penyakit dalam buku ini bisa jadi ilmu baru juga untuk keluarga terkasih. Ide cerita baik sekali, alurnya sederhana dan mudah diikuti. 

Secara penilaian rasa, saya kurang dapat greget indahnya romansa antara Zita dan Nuki. Mungkin Marga sensei terlalu menekankan pada Elroi sehingga porsi kedekatan Zita dan Elroi lebih dominan daripada Zita-Nuki. Yang saya maklumi dari kisah mereka adalah Nuki pribadi yang di luar ekspektasi Zita, tidak pernah dibayangkan untuk mampir di hatinya, malah seringnya bikin kesel, bukan deg-degan. Justru, emosi Zita dibuat campur aduk setiap berurusan dengan Nuki dan itu jadi turn point yang merubah perasaan benci jadi cinta (jatuh cinta amboi indahnya).. hehehe.. Mungkin karena novel lawas yah, jadinya beberapa perumpamaan saya nilai kurang bisa dimaknai sesuai tren saat ini (tahun 2016 gituh).. hehehe.. Juga ada beberapa kata yang tidak saya ketahui maknanya, seperti 'mengumpak'.. apa yah artinya, saya lupa teks lain yang mengiringinya.

Secara keseluruhan, buku "Matahari Tengah Malam" baik untuk dibaca penggemar novel-novel lawas. Yang ditawarkan Marga sensei adalah orisinalitasnya, di mana ia menulis dengan kreativitas yang didasarkan pengalamannya di dunia kedokteran. 


  
Jakarta, 21 Januari 2016


1 komentar:

  1. Also my favorite book from Marga T. Lawas bgt yah.. bacaan zaman nyokap n tante kita. Tp emang sukak sm cerita Matahari Tengah Malam. Plus dpt ilmu istila2 kedokteran :)

    BalasHapus